Senin, 03 November 2014

FanFiction


Tittle : Christmast Day

Author : Sella Yuniar M.

Cast : Baekhyun, Chanyeol, Tao, Kris

Genderswitch for uke

CHRISMAST DAY

Menunggumu itu bukan masalah bagiku. Karena menunggumu sama dengan menunggu hari special yang ada di hidupku. Chrismast Day.

***

Author POV
Awal musim dingin tiba di kota Seoul, jalanan pun menjadi putih dan salju-salju jatuh berterbangan indah. Mungkin bagi sebagian orang ini adalah musim yang penuh keberkahan, tetapi tidak untuk seorang gadis, Baekhyun. Yeoja cantik yang kini tengah tertidur pulas di balik selimut tebalnya. Dia memiliki alasan tertentu membenci musim dingin. Baginya musim dingin adalah musim yang sangat pilu karena nenek yang merawatnya sejak kecil meninggalkannya untuk selama – selamanya. Mulai dari hal itu lah Baekhyun membenci musim dingin.
Dengan malas Baekhyun terbangun dari tidurnya. Hari masih pagi tetapi dia masih memiliki kewajiban untuk bersekolah. Mungkin apabila ia tidak bersekolah, dia juga masih enggan bangun di pagi buta seperti ini. Dia beranjak menuju kamar mandi melakukan ritual selama 15 menit lalu segera memakai seragamnya. Dan seperti biasa yeoja pada umumnya dia berdandan sebentar lalu bergegas menuju  ruang makan. Baekhyun sedikit melemparkan senyuman kepada kedua orang tuanya. Memang semenjak kematian neneknya Baekhyun jarang sekali menunjukkan senyumnya. Tetapi dia juga berusaha bangkit dari keterpurukan dengan alasan tidak ingin membuat orang tuanya sedih.
“ Eomma, appa. Baekhyun berangkat dulu. Annyeong. “ pamitnya sambil melambai – lambaikan tangannya.
“ Baiklah. Hati – hati di jalan, ne? Jangan pulang terlalu sore!” nasehat ibunya.

***

Baekhyun POV
Setelah berpamitan dengan eomma dan appa, akupun bergegas menuju ke sekolah. Entah mengapa aku lebih suka berjalan kaki sambil menghirup udara pagi yang masih segar di sepanjang jalan menuju sekolah. Ah, akhirnya aku sampai juga di sekolah. Seoul Senior High School. Ku edarkan pandanganku ke seluruh penjuru sekolah dan terhenti pada sosok namja tinggi yang kini tengah berjalan menuju lapangan utama sekolah. Ia menoleh ke arahku dan tersenyum. Sungguh senyuman yang sangat manis. Aku sudah menyukainya sejak di bangku SHS ini. Dan yang paling beruntung aku satu kelas bahkan satu bangku dengannya, jadi tidak susah susah berinteraksi dengannya. Aku selalu saja lupa bagaimana cara mengambil nafas ketika ia tersenyum ke arahku. Dasar tiang listrik.
Selama pelajaran berlangsung aku masih saja belum fokus. Aku sibuk memandangi Kris yang ada di sampingku. Jika dilihat dari samping dia terlihat sangat sempurna dari garis rahangnya. Aku lihat dari tadi dia terus saja menulis tetapi aku penasaran yang ditulisnya, tetapi aku juga malu untuk menyakan apa yang ditulisnya. Entahlah. Sesaat kemuadian dia menyobek kertas itu lalu melemparkannya ke Tao, yeoja bermata panda itu. Eh, chakkkaman !
“ Mwo?” aku berteriak cukup keras dan berhasil mengundang perhatian dari seisi kelas ini. Dan sialnya Lee saenim pun mendengar teriakanku. Aish ! Apa yang kau lakukan baekhyun.
“ Jadi sedari tadi kau tidak memperhatikanku, Nona Byun? Hm..” Tanya saenim dengan nada halus tetapi tidak dengan pandangannya. Beliau memandangku dengan tatapan yang sangat mengerikan.
“ Kau tau apa yang kau lakukan ketika ada murid yang tidak memperhatikan pelajaranku?”
“ Ne, jeosonghamnida Lee seosangnim.” Balasku dengan jawaban yang sangat pelan. Lalu berjalan keluar kelas. Hari yang sangat menyebalkan.
Setiba di luar kelas aku bingung akan ke mana. ‘Mungkin di atap sekolah lebih baik’ ucapku dalam hati lalu segera menuju ke atap sekolah. Semoga saja di sana otakku bisa lebih fresh.

***

Setelah pelajaran sekolah usai, akupun segera pulang ke rumah. Aku hanya butuh istirahat hari ini. Terlalu banyak pelajaran yang sulit aku terima hari ini. Sesampainya di rumah, aku menemui kedua orang tuaku. Tumben sekali mereka pulang awal. Entahlah.
“ Kau sudah pulang ?” Tanya appa halus.
“ Ne, appa. Baekhyun ke kamar dahulu.” Jawabku sekenanya dan bergegas menaiki tangga. Aku berhenti melangakahkan kakiku ketika mendengar appa berbicara.
“ Setelah kau mengganti pakaianmu, segeralah ke ruang tamu. Appa ingin mengenalkanmu pada seseorang. Dia masih di perjalanan menuju ke sini.”
“ Seseorang? Nugu? Tak biasanya.” Tanyaku penasaran.
“Nanti kau juga tahu sendiri. Cepatlah ke kamarmu dan ganti pakaianmu.”
Aku segera berlari menuju kamar lalu mengganti pakaianku. Kemudian aku segera melangkahkan kakiku menuju ruang tamu. Aku melihat appa sedang berbicara bersama seorang pemuda yang tak ku kenali. ‘Dia cukup tampan dan dewasa, mungkin dia sudah berada di bangku perguruan tinggi.’ Batinku.
“ Baekhyun-ah, kemari. Duduklah di sini.”
“ Kenalkan ini Park Chanyeol. Dia yang mulai sekarang akan menjagamu.” Apa yang tadi appa bilang? Menjagaku?. Apa maksudnya?. Jujur aku masih belum mengerti maksud dari ucapan appa barusan. Dia mengulurkan tangannya bermaksud untuk berkenalan, dan akupun membalasnya dengan sedikit mengerutkan kening. Anehnya dia malah tersenyum manis, aku sedikit terpesona akan senyuman itu. Gugup. Itu yang sekarang aku rasakan.
“ Apa maksudnya appa?. Aku masih belum mengerti.” Tanyaku bingung.
“ Appa ingin kau mengenal lebih jauh. Sebenarnya kau sudah dijodohkan dengan Chanyeol dari dulu.”
“ Mwo?. Dijodohkan?. “ Teriakku keras. Sungguh aku masih belum mengerti jalan pikiran kedua orang tuaku ini. Kecewa. Pasti, aku masih belum mengenal namja yang ada di hadapanku ini tetapi appa malah sudah menjodohkanku.
“ Mengapa appa melakukan semua ini tanpa memikirkan aku dahulu?. Sungguh appa egois, tidak memikirkan perasaanku sama sekali. Aku ini masih duduk di bangku SHS kelas 3 appa. Aku tidak mau dijodohkan.” Aku berlari menuju kamarku dengan menahan tangis. Mengapa semua orang yang ada di dekatku tidak memikirkan perasaanku?. Semuanya sungguh jahat. ‘Halmoni, bogoshipda’. Aku menutup pintu keras sebagai pelampiasan kekesalanku.

***

Sementara di ruang tamu appa masih sedikit berbincang dengan namja itu. Aku masih bisa mendengar pembicaraan mereka dari kamarku.
“ Maafkan, Baekhyun, Chanyeol. Dia memang begitu. Lama – kelamaan dia juga pasti akan menerimamu.” Ucap appa kepada Chanyeol.
“ Ne ahjusshi, gwenchana. Aku akan tetap menjaganya sesuai amanat terakhir Abeoji sebelum meninggal.”
‘Oh, jadi juga bukan keinginan Chanyeol melainkan keinginan ayahnya sebelum beliau meninggal. Tetapi mengapa dia setuju saja dengan amanat ayahnya padahalkan dia juga belum terlalu mengenalku.’ Batinku. Setelah Chanyeol pulang aku dengar eomma dan appa berdebat tentang perjodohan ini tetapi sudah tak ku hiraukan lagi. Memikirkan diriku saja aku sampai gila seperti ini. Tak lama kemudian, seseorang mengetuk pintu kamarku.
“ Baekhyun-ah, appa minta maaf. Tolong buka pintunya, appa hanya ingin berbicara sebentar denganmu.” Dengan sangat terpaksa aku membuka pintu kamarku yang sedari tadi aku kunci. Setelah terbuka, tak lama kemudian eomma dan appa masuk lalu duduk di pinggir kasur.
“ Apa yang ingin appa bicarakan?. Perjodohan?.” Tanyaku langsung.
“Maafkan appa baekhyun. Appa hanya ingin Chanyeol menjagamu dengan baik. “
“ Aku bisa menjaga diriku sendiri appa. Aku bukan lagi anak kecil yang ada di dekapan halmoni.” Ucapku tegas. Sungguh aku juga bingung.
“ Ne arra. Setidaknya kamu mencoba dulu lalu kau bisa putuskan sendiri, nanti terserah kau menerima atau tidak perjodohan ini. Juga tidak ada salahnyakan mencoba semua ini.” Nasehat appa.
“ Ne, appa. Aku akan mencobanya.” Ucapku lemas. Lalu mereka berdua keluar dari kamarku dan membiarkanku sendiri untuk memikirkan perjodohan yang membuatku gila ini.
“ Hhh, ne. aku akan mencobanya, lagipula kalau di lihat – lihat Chanyeol orang yang baik – baik. Tunggu tetapi aku juga suka dengan Kris…. Ah! Molla.” Pekikku kencang lalu membaringkan tubuhku ke kasur dan terlelap.
***
Esoknya setelah aku memutuskan untuk mencoba menerima perjodohan ini. Aku pun turun unutk sarapan tetapi …. Ada seorang lelaki yang berdiri membelakangiku, ‘sepertinya aku kenal dengan orang ini.’ Batinku dalam hati. Aku mencoba mendekati namja yang membelakangiku ini dan.
“ Chanyeol-sshi?.” Mengapa dia bisa di sini?
“ Oh, Baekhyun. Aku hanya ingin mengantarmu ke sekolah. Bolehkan?” Tanyanya hati – hati. Mungkin dia takut kalau aku akan marah seperti kemarin.
“ Ah,ne. Apa tidak merepotkanmu?” Tanyaku penasaran. Memanganya dia juga tidak ke universitas ya?
“ Aniya. Kita searah. Kau ke Seoul SHS, aku ke Seoul University. Jja, kita masuk ke mobilku. Nanti kita terlambat.”
“ Ah, ne.” 

***

Suasana di mobil berbeda dengan pemikiranku. Mungkin karena kami baru saja menegenal satu sama lain jadi suasana di mobil menjadi canggung. Tetapi tidak, lebih tepatnya pemikiranku itu salah. Suasa di mobil justru malah sangat mengasyikkan. Chanyeol oppa terus saja bertanya tentang pendidikan, tentang semua yang bersangkutan diriku. Tunggu kenapa aku memanggilnya dengan sebutan oppa?. Karena dia yang memintanya barusan. Tidak baik menolak orang yang lebih tua, haha. Chanyeol oppa memang seorang ‘mood maker’.
Setelah sampai di depan gerbang sekolahku, aku segera turun dari mobil.
“ Gomawo Chanyoel oppa. Aku nanti pulang pukul 4 sore. Kau benar - benar tidak keberatan menjemputkukan?. Kalau kau keberatan aku bisa jalan sendiri.”
“ Ani, gwenchana. Ya sudah masuklah. Kau nanti terlambat, annyeong.” Pamitnya sambil melambaikan tangannnya sekilas lalu ku balas dengan senyuman ramah.’ Halmoni, entah mengapa aku hari ini sangat senang sekali.’ Ucapku dalam hati lalu bergegas masuk ke kelasku.

***

Hari ini aku mengikuti pelajaran dengan lancar, tanpa ada hukuman lagi tentunya karena memperhatikan si tiang listrik itu. Aku memperhatikan setiap pelajaran yang diterangkan oleh Lee saenim maupun Kang saenim. Tunggu, dari tadi aku juga tidak berniat untuk memperhatikan Kris. Entah mengapa rasa sukaku terhadap Kris tiba – tiba saja lenyap.
Justru hari ini Kris yang menerima nasib yang kualami kemarin. Juga karena tak fokus, tetapi aku juga tak tahu apa yang diperhatikannya. Karena aku sendiri juga sibuk dengan catatan segudang yang dituliskan oleh Kang saenim. Aku tersadar dari lamunanku karena suara klakson mobil yang ada di hadapanku. Chanyeol oppa.
“ Hei, Byun Baekhyun. Apa yang kau pikirkan?. Cepat naik ke mobilku!” Ucapnya dengan kesal dan itu berhasil membuatku tertawa. Ternyata di sisi wajahnya yang terlihat dewasa dia juga bisa kekanak – kanakan.
“ Ah, mian. Aku hanya sedikit memikirkan pelajaranku di sekolah tadi.” Elakku sambil masuk ke dalam mobilnya.
“ O, ya? Kurasa kau memikirkan seseorang bukan pelajaran.” Selidiknya.
“ A-ani, siapa juga yang memikirkan seseorang. Tebakanmu salah dokter Park.”
“ Haha, kau ini bisa saja. Padahal aku belum menjadi dokter, kau sudah memanggilku dokter. Masih panjang jalan yang harus aku tempuh untuk menjadi seorang dokter.” Ucapnya sambil menjalankan mobil yang dia kendarai.
“ Tapi kaukan juga ingin menjadi dokterkan?” Tanyaku sambil memiringkan kepala menatap wajahnya yang serius saat mengendari mobil.
“ Pertanyaan yang tidak perlu ku jawab, nona Byun.” Akupun mengerucutkan bibirku kesal. Entah mengapa apabila aku berada di samping Chanyeol oppa rasanya sangat menyenangkan sekali. Mungkin aku akan menerima perjodohan ini. Tetapi apakah ini terlalu cepat, entahlah.

***

Hari – hari aku lalui selalu bersama Chanyeol oppa. Bahkan aku sekarang sudah memiliki nomor ponselnya. Mungkin sudah sekitar 2 bulan kami dekat seperti ini. 2 bulan? Yap, 2 bulan, bukankah ini terlalu cepat. Tidak, karena ini kenyataan yang ada seperti ini. Hari ini Chanyeol oppa menyuruhku ke taman yang ada di sekitar komplek rumahku sekarang. Entah apa yang akan di bicarakannya. Katanya ini sangat penting. Dasar dokter! Umpatku dalam hati.
Aku berjalan menyusuri rumah – rumah yang ada di komplek ini. Lalu pandanganku tertuju pada taman yang ada di komplek ini. Sudah 10 menit aku menunggu tetapi Chanyeol oppa masih belum datang juga. Ketika aku beranjak untuk pulang, tiba – tiba seseorang menggenggam pergelangan tanganku. Ku balikkan badanku ternyata Chanyeol oppa.
“ Maaf, aku lama ya?” Celetuknya untuk memecah keheningan di antara kami.
“ Eung, memangnya oppa kemana saja?” Jawabku ketus.
“ Mian, aku hanya ingin memberimu ini.” Kulihat Chanyeol oppa sedang memberikanku satu buket bunga tulip berwarna kuning. Bunga yang sangat cantik.
“ Gomawo oppa. Aku sangat suka dengan bunga ini.”
“ Ne, Bekhyun-ah bisakah mulai hari ini kau menjadi … eum “
“ Menjadi apa ?” Potongku cepat.
“ Yeojachinguku? “ Apa yeojachingunya? Aku tidak sedang bermimpikan.
“ Ne, oppa? K-kau serius?” Tanyaku gugup.
“ Aku serius Byun Baek Hyun. Kau mau menerimaku ?”
“ N-ne, aku menerimamu dokter park.”
“ Aaa, gomawo baekhyun-ah.” Ucapnya sambil mengecup pipiku sekilas dan itu berhasil membuatku menganga. Dia menciumku? Ah rasanya pipiku sadang terbakar sekarang. Hai, musim dingin terimakasih telah memberiku kejutan yang sangat indah, hari ini.

***

Umurku dengan Chanyeol oppa memang tidak terpaut jauh hanya 4 tahun tetapi ini tak menjadi halangan bagi kami berdua untuk menjalin suatu hubungan. Kami berdua sudah berpacaran selama 4 bulan dan hari ini aku hari ini harus menghadiri upacara kelulusan sekolah.

Aku berhasil lulus dengan nilai yang sangat memuaskan dan itu juga berkat Chanyeol oppa yang selalu mensuportku dan selalu mengajariku tentang pelajaran yang tak ku mengerti. Kulihat eomma dan appa sedang berbincang – bincang dengan guru – guru yang ada di sini. Dari tadi aku melihat mereka tersenyum bangga kepadaku. Tetapi satu orang yang belum datang dan memberiku selamat atas kelulusanku, Park Chanyeol.
“ Eomma, apppa.”
“ Baekhyun-ah selamat nilaimu sangat memuaskan. Eomma dan appa sangat bangga kepadamu. Chanyeol hari ini akan datang terlambat karena dia baru saja mendapat panggilan dari dosennya.” Ujar eomma. Semenjak aku resmi menjadi yeojachingu chanyeol oppa, aku langsung memberitahu eomma dan appa bahwa aku menyetujui perjodohan ini. Dan tentunya kedua orang tuaku ini juga sangat mendukungku.
“ Ah, ne eomma. Gwenchana.” Balas sambil tersenyum. Sebenarnya aku agak kecewa pada Chanyeol oppa karena tak bisa mengahadiri upacara kelulusanku, tetapi apabila ada panggilan dosen. Apa boleh buat.
Tiba – tiba saja ponsel yang ada di saku almamaterku bergetar. Kulihat ada 1 pesan dari Chanyeol oppa.

“ Baekhyun-ah, mianhae aku tak bisa menghadiri upacara kelulusanmu. Aku tunggu kau di gerbang sekolah sekarang.” Di gerbang sekolah? Kenapa tak masuk saja. Dasar!
“ Eomma, appa. Aku akan menemui Chanyeol oppa di gerbang sekolah. Mungkin aku akan pulang bersamanya. Annyeong. “ pamitku, lalu langsung menuju ke gerbang sekolah. Seperti yang di katakannya. Dan benar ternya Chanyeol oppa ada di sana. Dia kembali membawa satu buket bunga tulip berwarna kuning. Seperti 4 bulan yang lalu.
“ Baekhyun-ah, chukkae.” Ucapnya riang, sambil memelukku. Sungguh pelukan yang hangat, tanpa berpikir lama, akupun membalas pelukannya
“ Mianhae.. ” Ucapnya lirih. Akupun tersentak dengan apa yang dikatakannya. Kulepas pelukannya, lalu kutatap tajam matanya.
“ Wae? Apa ada masalah? “
“ Aku harus pergi ke Amerika untuk melanjutkan studiku selama 2 tahun, aku harus menempuh pendidikan di sana. Dan aku akan berangkat besok pukul 10 pagi.” Mwo? Amerika? Selama 2 tahun? Bukankah itu waktu yang sangat lama?
“ Mianhae, baekhyun-ah.” Dia langsung memelukku erat dan begitupun denganku. Rasanya tubuh lemas seketika dengan perkataannya barusan.
“ Ah, chukkae oppa. Kau sangat hebat. “ ucapku dengan nada riang tetapi tidak untuk hatiku. Rasanya hatiku sakit seketika dengan perkataannya. Tetapi mau bagaimana lagi lagipula ini juga demi kebaikannya.
“ Mian, baekhyun-ah. Kau pasti sangat sedih.” Keluhnya sambil menundukkan kepalanya.
“ Hei, oppa aku baik – baik saja. Asal kau bahagia aku juga bahagia. Aku sangat  bangga bisa memilikimu oppa.” Perlahan Chanyeol oppa mendekatkan wajahnya ke wajahku. Ketika dia memejamkan mata akupun juga ikut memejamkan mataku. Bisa kurasakan suatu benda yang hangat menempel di bibirku. Chanyeol oppa menciumku. Sungguh ciuman yang hangat di balik kesedihan yang aku pendam saat ini.

***

Hari yang tidak aku inginkan pun datang. Chanyeol oppa harus meninggalkanku selama 2 tahun untuk melanjutkan studinya. Beberapa kali aku mendapat nasehat dari eomma dan appa untuk tidak menangis di hadapan Chanyeol oppa dan aku hanya mengiyakan perintah – perintahnya. Lagipula aku juga tak mau Chanyeol oppa khawatir denganku.

“ Baekhyun-ah, ayo kita ke bandara. Sebentar lagi Chanyeol akan berangkat cepatlah sedikit.” Omel appa yang berada di lantai bawah.
“ Ne, appa.” Aku menuruni anak tangga dengan tergesa – gesa lalu segera berlari menuju mobil yang sudah ada di depan rumah.

Jarak rumah kami dengan bandara tidak terlalu memakan waktu yang lama mungkin sekitar 25 menit. Ku lihat Chanyeol oppa sudah siap dengan keberangkatannya. Dia mengenakan pakaian casualnya. ‘Sangat tampan’ batinku. Dia dan appaku sedikit berbincang lalu eomma dan appa meninggalkan kami hanya berdua. Aku tahu maksud dari mereka berdua. Tak lama kemuadian aku memeluknya erat seolah mengatakan bahwa ‘jangan-pergi-ku-mohon’. Tetapi itu hanya bayangan. Kurasakan dia juga memelukku erat. Ku dorong pelan tubuhnya lalu ku tatap lekat matanya.

“Berangkatlah.” Ucapku pelan nyaris berbisik.” Jaga baik – baik dirimu oppa. Dan jangan terlalu banyak menghubungiku. Itu akan mengurangi konsentrasimu di sana. Dan satu lagi, jangan berselingkuh di Amerika Arra ?”
“ Arra, kau juga. Aku berangkat dulu nona Byun.”
“ Ne, dokter Park. Jangan lupa memberitahuku kalau kau sudah sampai di sana.” Pesanku dan dia hanya mengangguk lalu berlalu dari hadapanku tanpa menoleh ke belakang sedikitpun. Aku tahu apabila dia menoleh ke belakang rasanya akan sulit sekali melepaskanku. 

***

Pukul 3 sore, aku terbangun dari dari tidur nyenyakku. Ku lihat handphoneku ada 1 pesan. Pasti dari Chanyeol oppa, umpatku dalam hati. Dan ternyata dari Chanyeol oppa juga. Syukurlah dia sampai sana dengan selamat. 

***
1 tahun….
2 tahun….

Hari ini butiran salju turun di permukaan bumi sangat Indah. Aku pikir, natal 2 tahun ini akan terasa lebih special ternyata biasa saja. Tidak ada yang berubah. Tahun ini Chanyeol oppa sangat jarang sekali menghubungiku miris bukan? Hari ini aku memutuskan jalan – jalan untuk menikmati musim salju. Aku ingin ke sungai Han. Melepas rinduku yang terpendam selama 2 tahun ini.
Aku berjalan pelan menuju sungai Han. Pemandangan kota Seoul di malam hari semakin indah. Seolah – olah kota ini tidak akan pernah tertidur. Sungai Han sudah terlihat, aku berlari kecil supaya segera sampai Sungai Han. 

“ Chanyeol oppa, bogoshipo.” Ucapku lirih. Tiba – tiba ku rasakan seseorang memelukku dari belakang. Aku tahu betul siapa orang yang memelukku kali ini. Chanyeol oppa.
“ Nado Baekhyun-ah.” Dia melepaskan pelukannya lalu membalikkan tubuhku menghadap wajahnya. Kutatap wajahnya lekat – lekat. Dia semakin tampan.
“ Mian membuatmu menunggu lama.” Ucapnya sembari memelukku lagi.

‘ Menunggumu itu bukan masalah bagiku. Karena menunggumu sama dengan menunggu hari special yang ada di hidupku. Chrismast Day. ‘
                                  
THE END

0 komentar:

Posting Komentar